Program Keluarga Berencana (KB) untuk perencanaan kehamilan keluarga sehat penting dilakukan dengan menghindari terlalu tua melahirkan, terlalu muda melahirkan, terlalu dekat jarak anak dan terlalu banyak jumlah anak (4T).

Hal ini dikemukakan oleh Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Papua Barat Dr. Benyamin Lado, melalui Kabid Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi KB/KR dr. Christina kepada papuakini.co dalam sosialisasi peningkatan akses dan kualitas penggerakan pelayanan KB dalam Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Manokwari, Senin (11/9).

Menurut Christina inti kegiatan tersebut adalah untuk menggaet tokoh agama Kristen Protestan sebagai mitra kerja dalam mensosialisasikan Program KB ke seluruh lapisan masyarakat.

“Kami tidak bisa berdiri sendiri. Butuh mitra. Kami menggaet tokoh agama karena punya pengaruh luar biasa pada komunitasnya,”  ujar wanita lulusan SMA 1 Manokwari angkatan 1999 itu.

Kabid Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi KB/KR BKKBN PB, dr. Christina

Christina lalu mengatakan di BKKBN bukan semata tentang dua anak cukup tapi lebih ke perencanaan kehamilan sehat.

Saat ini banyak warga masyarakat beranggapan KB itu untuk membatasi etnis tertentu yang ada di Provinsi PB. Tapi itu keliru, sehingga perlu diberikan pengertian bahwa sebenarnya KB lebih ke arah perencanaan kehamilan yang sehat.

“Intinya boleh saja memiliki lebih dari dua anak asal jaraknya diatur supaya ibu sehat, anak dapat ASI eksklusif, kebutuhan gizi yang cukup sampai usia lima tahun. Kita tidak membatasi jumlah anak tetapi lebih ke arah perencanaan kehamilan sehat,” terangnya.

“Ke depannya kami akan menggaet semua tokoh agama di Provinsi PB,” jelas wanita kelahiran Manokwari, 25 Maret 1981 itu. (jjm)