Dari sekira 300 ribu guru SMK di Indonesia, hanya 23 persen saja yang benar benar guru. Sisanya, 77 persen, atau sekira 231 ribu orang, merupakan “guru adalah”.

“Maksudnya itu guru yang hanya bisa menjelaskan, adalah ini adalah itu . Karena itu, dalam revitalisasi, bukan hanya siwa yang mendapat materi, tetapi juga gurunya,” ujar Staf Ahli Menteri Pendidikan dan Kebudayaan  Bidang Inovasi dan Daya Saing, Ananto Kusumo Seta M.Sc PhD

Pernyataan ini dilontarkannya dalam launching Revitalisasi SMKN 3 Manokwari tahun 2017, di aula hotel praktek SMK, Senin (4/9) siang tadi.

Kemudian, sesuai data ada 1,3 juta lulusan SMK masuk dalam 7 juta pengangguran terbuka di Indonesia. Padahal, SMK dirancang untuk bisa langsung bekerja.

Di Papua Barat, kata dia,  angka pengangguran terbuka  untuk pedesaan sebanyak 32 ribu dan 18 ribunya lulusan SMK.
Begitupun di daerah perkotaan.

Salah satu persoalannya adalah, apa yang diajarkan di sekolah tidak sesuai dengan permintaan dunia industri.

“Presiden bertekad betul SMK harus berkolaborasi dengan dunia usaha dan industri hingga mengeluarkan Inpres.. Makanya dalam revitalisasi itu SMK harus ada kerjasama dengan industri,” ungkapnya.(njo)