MANOKWARI — Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit (Rikhus Vektora) akan dilakuan di Papua Barat medio Mei mendatang. Ini dikatakan dr. Lidwina, Kepala Balai Penelitian dan Pengembangan Biomedis Papua, menjawab papuakini.co, Rabu (11/1).

Dalam tulisan yang dikirim ke Papua Kini melalui WhatsApp, Lidwina mengatakan, Rikhus Vektora adalah suatu kegiatan riset yang diarahkan untuk mengetahui gambaran vektor dan reservoir penyakit, termasuk di dalamnya adalah data nyamuk, tikus dan kelelawar dengan menggunakan hasil observasi bionomik, uji identifikasi dan pemeriksaan laboratorium.

Penyakit-penyakit yang akan dideteksi dari nyamuk adalah malaria, demam berdarah dengue, chikungunya, Japanese enchephalitis dan filariasis (kaki gajah, red). Sedangkan pada tikus dan kelelawar adalah penyakit: leptospirosis, penyakit yang disebabkan hantavirus serta virus nipah

Japanese encephalitis, menurut hellosehat.com, adalah penyakit radang otak akibat virus, yang paling banyak terjadi di kawasan Asia. Virus japanese encephalitis adalah virus golongan flavivirus. Penularan virus tersebut sebenarnya hanya terjadi antara nyamuk Culex (terutama Culex tritaeniorhynchus), babi, dan atau burung sawah/ladang.

Manusia bisa tertular virus japanese encephalitis bila tergigit oleh nyamuk Culex tritaeniorhynchus yang terinfeksi. Biasanya nyamuk ini lebih aktif pada malam hari. Nyamuk golongan Culex ini banyak terdapat di persawahan dan area irigasi.

Rikhus Vektora merupakan salah satu riset nasional yang diselenggarakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan, dengan tanggung jawab pelaksana oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Badan Litbangkes di Salatiga, yaitu Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VRP).

Rikhus vektor dan reservoir penyakit direncanakan dilaksanakan secara bertahap di wilayah kabupaten/kota di Indonesia yang terpilih sebagai daerah penelitian, mulai dari tahun 2015 sampai 2017.

Click here to preview your posts with PRO themes ››

Penelitian dilanjutkan dengan analisis lanjut secara menyeluruh pada tahun 2018, yang bertujuan untuk pemutakhiran data mengenai sebaran geografis, perubahan iklim serta konfirmasi vektor dan reservoir penyakit.(***)